![Pemimpian Al-Qaeda Ayman al-Zawahiri (kiri) dan pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.](https://asset.kompas.com/crops/5hbSF8Lm5R8O3xBOTZLMU-b5LSM=/0x0:0x0/750x500/data/photo/2014/08/26/2026134Pimpinan-Al-Qaeda-dan-ISISp.jpg)
Oleh : Prihandono Wibowo
Bulan September 2019 merupakan
bulan “istimewa” dalam kajian terorisme dan keamanan internasional sekaligus
patut menjadi perhatian bagi pemerintahan berbagai negara. Pada bulan ini, dua
pemimpin organisasi “teroris” dunia -yaitu Ayman Zawahiri, amir Al Qaeda, dan Abu
Bakar al Baghdadi “sang khalifah” ISIS- mempublikasikan rekaman pidato dengan
waktu yang berdekatan. As-Sahab Media, sayap media Al Qaeda, pada 11 September
2019 mempublikasikan rekaman video pidato Ayman Zawahiri dalam rangka memperingati
18 tahun peristiwa serangan 11 September 2001 oleh Al Qaeda. Sedangkan pada 16
September 2019, media ISIS, Al Furqon Foundation mempublikasikan rekaman audio
pidato Abu Bakar al Baghdadi.
Dalam video pidatonya, Ayman
Zawahiri mengungkap bahwa setelah 18 tahun peristiwa WTC, Amerika Serikat (AS) semakin
menampakkan kerjasama “Zionis-Salibis.” Misal dalam rekaman video tersebut,
ditampilkan cuplikan pidato bersama antara Donald Trump dan Netanyahu. Selain
itu, Zawahiri menunjukkan dengan fakta pemindahan kedutaan besar AS ke
Yerusalem dan pengakuan sepihak AS atas kedaulatan Israel di dataran tinggi
Golan. Zawahiri mengungkapkan fakta penjajahan Israel atas Palestina semakin
masif. Amir Al Qaeda tersebut menjelaskan bahwa plot kerjasama Zionis antara AS
dan Israel ini telah menyerang kaum muslim di manapun berada. Zawahiri juga
menyalahkan AS karena propaganda War on Terror yang dilakukan AS. Dengan
propaganda yang mendunia ini, mujahidin kemudian dituduh sebagai “teroris”. Karena
itu, Zawahiri mendorong mujahidin di seluruh dunia untuk menyerang kepentingan
Zionis dan pendukungnya dimanapun berada. Namun Zawahiri mengingatkan serangan
tersebut harus menghindarkan kerugian di kalangan kaum muslim. Zawahiri juga
menyebutkan bahwa kepentingan Amerika Serikat (AS), Inggris, Perancis, Eropa,
Rusia, dan Israel tersebar di seluruh dunia.
Sebagaimana negara-negara
tersebut berkonspirasi melawan muslim di seluruh dunia, maka Zawahiri juga mendorong
muslim untuk menyerang negara-negara besar tersebut di manapun kepentingan
mereka berada. Zawahiri mendorong kreativitas “mujahidin” dalam operasi
serangan ke kepentingan negara-negara besar tersebut di seluruh dunia. Zawahiri
mengilustrasikan bahwa AS pangkalan militer yang tersebar di seluruh dunia,
dari Barat hingga Timur. Zawahiri menambahkan, jika muslim membatasi jihad
hanya terlegitimasi dengan menyerang sasaran militer, maka mereka harus
menyerang markas-markas militer negara-negara besar seperti AS, Inggris,
Perancis, dan koalisi NATO yang tersebar di seluruh dunia. Selain menyebut AS,
Zawahiri juga menuduh Iran berpartner dengan AS dalam perang di Afghanistan,
Irak, dan Syria.
Di lain pihak, melalui rekaman
audio, “khalifah” ISIS, Abu Bakar al Baghdadi menegaskan bahwa “kekhilafahan”
ISIS masih berdiri. Bahkan “kekhilafahan” ISIS masih menerima sumpah setia dari
berbagai belahan dunia. Baghdadi menambahkan bahwa “Khilafah” ISIS juga melakukan
operasi serangan di ratusan lokasi selama 2019. Selain itu, Baghdadi menjelaskan
bahwa AS, sebagai negara pelindung “Salib” dan agen-agennya di wilayah Timur
Tengah dan sekitarnya, telah mengalami kekalahan dan perang yang “melelahkan.”
Menurut Al Baghdadi, hal ini seiring dengan “kekalahan” aliansi-aliansi AS dalam perang yang
berkepanjangan melawan ISIS. Al Baghdadi menyebutkan bahwa agen-agen AS
diantaranya rezim Saudi dan sykeh-syekh “murtad”. Abu Bakar al Baghdadi menyatakan kehadiran
militan pendukung ISIS di Afghanistan,
Iraq, Syria, Yaman, Somalia, Afrika Barat dan Tengah, Asia Timur, Afrika Utara,
Tunisia dan Libya. Abu Bakar al Baghdadi
menyerukan pembebasan anggota ISIS yang menjadi tawanan di penjara dan kamp
pengungsian. Baghdadi menyebutkan pengikutnya yang kini ditawan, telah
mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari kelompok “Salib”, kelompok Syiah,
dan dari pendukungnya yang “murtad”. Abu Bakar al Baghdadi mendorong
pengikutnya untuk senantiasa bertakwa dan konsisten mengobarkan perang.
Pidato dari dua pemimpin kelompok “teroris” dunia ini patut
mendapat perhatian. Pertama, kemunculan “amir” dan “khalifah” dari
kelompok-kelompok ini menandakan masih terjaganya eksistensi organisasi “terorisme”
dunia. Penggunaan strategi operasi militer oleh AS dalam bentuk perang, pengiriman
personel prajurit perang, ataupun penggunaan drone serang untuk membunuh
berbagai tokoh “jihadis” Al Qaeda maupun ISIS di Timur Tengah, belum
menyurutkan eksistensi kelompok-kelompok tersebut. Menurut Bruce Hoffman, Al
Qaeda meski secara tren saat ini “kalah pamor” dengan ISIS, namun masih menjadi
ancaman serius bagi AS. Organisasi kerja Al Qaeda masih berjalan. Setidaknya
melalui pidato Zawahiri, terkini kelompok tersebut masih bisa “menggertak” AS. Sedangkan ISIS, meski telah mengalami
kekalahan di berbagai front, namun ISIS dan afiliasinya diketahui masih
melancarkan aksi terorisme di banyak negara. Pidato Baghdadi menegaskan hal
tersebut.
Kedua, berdasar isi pidato tersebut, secara konsisten menjelaskan
perbedaan orientasi arah “perjuangan.” Meski kedua kelompok tersebut sama-sama
memusuhi AS, namun memiliki orientasi serangan berbeda. Zawahiri menekankan perlawanan
melawan negara-negara besar, khususnya AS, Inggris, Perancis, Rusia, dan Eropa,
dimanapun kepentingan mereka berada. Sedangkan Baghdadi menekankan bahwa
kekuatan AS disokong oleh rezim-rezim lokal, sehingga melawan rezim-rezim lokal
tersebut dapat melemahkan AS. Dalam kajian terorisme dan keamanan internasional,
kedua pilihan orientasi tersebut konsisten dengan perdebatan lama di “dunia
perlawanan,” mengenai mana yang harus dilawan, “musuh jauh” ataupun “musuh
dekat” terlebih dahulu. Pidato Zawahiri
dan Baghdadi menegaskan hal ini.
Ketiga, dalam pidatonya, baik Zawahiri maupun Baghdadi menekankan
perlu berbaik dengan dengan kaum muslim awam. Misal Zawahiri mengatakan serangan
terhadap kepentingan Barat harus menghindari kerugian dari kaum muslim. Sedangkan
Baghdadi menekankan pendukungnya untuk berdakwah terutama kepada kaum muslim
awam. Dalam konteks ini, Baghdadi nampak ingin memperbaiki “citra” ISIS yang
selama ini dikenal menyasar siapapun dalam serangannya, termasuk sesama Sunni. Karena selama ini, ISIS menghukumi murtad bagi kelompok Sunni yang tidak mengikuti "jalan" ISIS. Namun yang
jelas, pidato kedua “tokoh” tersebut menjelaskan konsistensi daya tahan eksistensi kelompok-kelompok "teroris," meskipun dunia internasional telah melancarkan berbagai program counter-terrorism.
Post a Comment