Mencermati Kunjungan HAMAS ke Iran


Image result for Hamas Iran



Oleh: Prihandono Wibowo
(Direktur Center for Radicalism and Extremism Studies)


Kunjungan Hamas ke Iran pada Juli 2019 yang lalu menarik perhatian dunia internasional. Pada kunjungan tersebut, Hamas diwakili oleh Saleh Arouri, Musa Abu Marzouk, Maher Salah, Izzat Al-Rishq, Zaher Jabarinm, Hussam Badran, Usama Hamdan, Ismail Radwan dan Khaled Qaddoumi. Media-media internasional melaporkan bahwa delegasi Hamas menemui Ayatullah Khamenei, pemimpin tertinggi Iran. Selain itu, delegasi Hamas menemui ketua parlemen Iran, Ali Larijani. 

Berkaitan dengan kunjungan tersebut, dalam sebuah kesempatan wawancara dengan salah satu media Iran-IRINN TV-pada bulan Juli 2019, Saleh Arouri, wakil Hamas, menyatakan ucapan terimakasih kepada Iran dan juga Hizbullah. Alasannya, Iran dan Hizbullah telah banyak membantu Hamas. Arouri juga menyatakan bahwa tanpa bantuan Iran, Hamas tidak akan memiliki teknologi misil yang akurat. Dalam pernyataannya, Arouri menegaskan bahwa kebijakan luar negeri Iran dan praktiknya secara konsisten selalu mendukung perjuangan Palestina. Karena itu, Arouri, mewakili Hamas, menyatakan berterimakasih kepada Ayatullah Khamenei, pemimpin tertinggi Iran. Bahkan Arouri memuji Ayatullah Khamenei sebagai pemimpin besar dalam dunia Islam. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut, pada Agustus 2019, dilaporkan bahwa Iran berkomitem akan meningkatkan jumlah bantuan ke Iran

Arouri juga menyatakan bahwa Hamas memiliki hubungan yang kuat dengan kelompok Hizbullah di Lebanon. Arouri menjelaskan bahwa Hamas telah menemui Sayyid Hasan Nasrallah, pemimpin Hizbullah. Dalam pertemuan tersebut, Hasan Nasrallah menyatakan akan berkomitmen terhadap permasalahan Palestina dan perjuangan melawan Zionis Israel. Aroruri menyatakan perjuangan bersama antara Hamas dan Hizbullah akan dapat membebaskan Palestina dalam waktu yang dekat. 

Pertemuan dan hasil wawancara tersebut di atas merupakan momentum bersejarah. Pertama, pertemuan Hamas dan Iran menandakan rangkaian perbaikan hubungan antara Iran dan Hamas, setelah sempat memburuk akibat perbedaan kebijakan politik terkait awal konflik Syria. Sebagaimana diketahui bahwa pada awal konflik Syria, bahwa Hamas mendukung perubahan rezim di Syria, sedangkan Iran berada mendukung rezim Bashar al Assad. 

Kedua, pertemuan ini membantah argumen-argumen yang dibangun kelompok anti-Syiah di berbagai komunitas di dunia Islam -termasuk di Indonesia- yang menyatakan bahwa entitas Syiah- khususnya Iran dan Hizbullah di Lebanon- adalah musuh dalam Dunia Islam. Sebaliknya, perbedaan teologi antara Hamas-yang merupakan turunan dari Ikhwanul Muslimin yang Sunni- dengan Iran dan Hizbullah-yang berteologi Syiah 12 Imam-tidak menghalangi kerjasama dalam upaya pembebasan Palestina dari penjaajahan Zionis Israel. Iran dan Hizbullah terbukti memberikan banyak bantuan kepada Hamas, baik moral maupun persenjataan. Hamas dan Hizbullah saling memuji dalam serangan-serangannya kepada Israel. Hal yang kontras justru dapat dilihat dari negara-negara Arab yang digambarkan sebagai negara “Sunni”, dimana negara-negara Arab tersebut justru mengembangkan kerjasama dengan Israel, baik secara rahasia maupun terbuka. Pada 2017 misalnya, Arab Saudi menyatakan bahwa Hamas adalah kelompok teroris. Selain itu, terdapat fatwa kontroversial dari ulama Saudi yang menyatakan bahwa rakyat Palestina harus “berhijrah” keluar dari tanah Palestina.

Ketiga, jika dilihat dalam perspektif kajian terorisme yang dikonstruksi pemerintah Amerika Serikat, pertemuan antara Iran dan Hamas, serta saling memuji antara Hamas dan Hizbullah dalam serangan terhadap Israel, adalah semakin menguatkan tuduhan negara adidaya tersebut bahwa Iran adalah negara pensponsor terorisme. Hal ini karena Iran mendukung Hamas dan Hizbullah yang telah dikategorikan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat. Tentu tuduhan Amerika Serikat ini tidak tepat. Tuduhan “teroris” identik dengan kepentingan politis. 

Dalam kajian terorisme, terdapat istilah “teroris bagi seseorang dapat merupakan pejuang kebebasan bagi orang lain.” Kebijakan Iran mendukung Hamas dan Hizbullah harus dibaca sebagai konteks pertahanan diri melawan ancaman agresi Israel serta tindakan unilateral Amerika Serikat. Bagi Iran, kebijakan mendukung Hamas dan Hizbullah ini konsisten dengan konstitusinya dan spirit revolusi Islam Iran yang menyatakan akan membela orang-orang tertindas di dunia. Selain itu, dalam konteks individu pemimpin, Ayatullah Khamenei juga menegaskan bahwa pembebasan masalah Palestina adalah bagian dari pandangan keagamaan pribadinya.*

Post a Comment

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates