Penanggung Jawab Kajian Pertahanan & Keamanan
Karya
tulis ini adalah sebuah panduan ringkas,padat, dan sederhana khusus
ditujukan bagi para individu maupun kelompok-kelompok yang barbaiat
(bersumpah setia) kepada ISIS di wilayah Indonesia. Di dalam nya
berisikan mengenai tata cara bertempur yang taktis lengkap dengan
deskripsi jenis-jenis persenjataan. Format nya adalah soft
copy
dan terdiri dari 102 halaman. Latar dari halaman di buku ini di
dominasi dengan warna putih, dilengkapi pula dengan font huruf yang
menurut penulis nyaman untuk dibaca dan juga ilustrasi lengkap dan
mendetail yang membantu proses pembelajaran. Setiap kata diberikan
spasi yang cukup. Dari segi pemilihan bahasa nya pun menggunakan
bahasa indonesia sehari-hari.
Sepertinya
hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap materi
yang diberikan pasukan ISIS di Suriah yang berasal dari Indonesia.
Karya tulis ini terbagi ke dalam 12 bab dan 49 sub-bab, dimulai dari
yang paling dasar yaitu definisi keprajuritan hingga kemampuan
navigasi. Di dalam nya juga terdapat rule
of engagement,posisi
menembak yang benar,cara pergerakan,jenis-jenis persenjataan dsb yang
akan dibahas lebih lanjut pada bagian analisa. Satu dari beberapa hal
yang penulis apresiasi dari buku panduan ini adalah gaya bahasa dan
kelengkapan ilustrasi nya. Dari 102 halaman yang tercantum hampir
tidak ada kalimat-kalimat yang bersifat dogmatik keagamaan.
Penulis
hampir lupa bahwa yang sedang dibaca ini adalah buku panduan tata
cara bertempur milik ISIS. Isi nya sangatlah teknis,deskriptif, dan
runut. Penulis dari suplemen komando jihad ini memiliki kemampuan
editorial yang sangat baik karena dia dapat memampatkan begitu banyak
ilmu pertempuran taktis ke dalam satu rangkuman dan dari panduan
pertempuran ini, penulis sedikit banyak dapat memahami jalan pikir
pasukan ISIS dalam cara bertempur non-konvensional. Disisi lain,
melihat dari perspektif keamanan, karya tulis ini dapat memberikan
kemudahan bagi kelompok simpatisan ISIS untuk mempelajari tata cara
pertempuran secara taktis dengan mudah dan sederhana. Format nya yang
adalah soft
copy
juga memberikan keuntungan tersendiri bagi kemudahan persebaran nya.
Tidak
seperti yang saya kira sebelum nya, berawal dari buku panduan ini,
penulis menyadari bahwasannya ISIS secara umum adalah pasukan yang
terlatih dan terorganisir dengan baik jika berkaca dari metode-metode
pelatihan yang tertera. ISIS pun memiliki panggilan khusus kepada
para sejawat nya, jika kelompok paramiliter komunis memiliki comrade
maka di ISIS adalah “Ikhwah” yang artinya adalah saudara
(brother).
Tidak hanya itu terdapat beberapa istilah berbahasa Arab yang
digunakan oleh ISIS di dalam rantai komando nya seperti Amir yang
artinya adalah komandan,Muqatil adalah petarung dan sariyah yang
artinya adalah regu. Berawal dari penemuan tersebut, penulis
melakukan penelitian lebih lanjut terhadap strategi dan taktik
bertempur ISIS di medan perang dan kemudian menemukan fakta
bahwasannya, kelompok NGO tersebut memiliki apa yang disebut sebagai
TTP (Tactics,Techniques, and Procedures) (Cancian, 2017;52). TTP
sejatinya adalah sekumpulan taktik,teknik dan juga prosedur yang
dilakukan oleh suatu aktor di dalam peperangan. TTP inilah yang
menjadi semacam patokan operasional di garis depan. TTP yang dimiliki
oleh ISIS memiliki keunikan tersendiri karena bersumber dari para
milisi-milisi yang sebelumnya terlibat dalam insurgensi melawan
Amerika Serikat di Irak dan Afghanistan pasca tragedi 11 September
(Cancian, 2017;54).
Berikutnya,
penulis akan meringkas dan menganalisa beberapa TTP yang dipaparkan,
dalam hal ini akan dibagi menjadi tiga bagian antara lain; (1)
definisi infanteri dan rantai komando (2); aspek-aspek pertempuran
(3); pemahaman senjata dan penguasaan medan pertempuran. Bagian
pertama, pembaca atau dalam hal ini adalah seorang calon infanteri
ISIS akan diberikan pemaparan secara singkat,jelas, dan padat
mengenai struktur rantai komando termasuk di dalamnya pembagian regu
menjadi tim dll. Pada bagian pertama, kita disuguhkan dengan definisi
dan rantai komando pasukan infantri yang serupa dengan tentara
profesional seperti adanya tim tempur yang terdiri dari rantai
komando regu/sariyah
yang kemudian dipecah menjadi 2-3 tim per regu dan satu tim terdiri
dari 6 orang yang dipimpin oleh seorang amir (komandan), pada umum
nya ISIS meletakkan orang yang paling berpengalaman dan paling banyak
ilmu tempur nya untuk menjadi seorang amir. Hal ini lebih sedikit
bila dibandingkan dengan rantai komando yang dimiliki oleh tentara
profesional atau dalam hal ini akan kita bandingkan dengan TNI.
Di
dalam struktur kekuatan konvensional TNI, tercatat salah satu nya
adalah satu tim terdiri hingga 20 orang (www.faculty.petra.ac.id,
diakses 16 Mei 2019). Menurut buku panduan ini, perampingan yang ada
dimaksudkan untuk kemudahan pergerakan pasukan dan efisiensi di
rantai komando. Pada bagian ini juga dijelaskan perbedaan antara
infanteri dan kavaleri, bagi ISIS infanteri adalah garda terdepan di
medan pertempuran disusul kemudian oleh kavaleri (tank,kendaraan
tempur, dan technical). Jika kita amati kembali doktrin yang dimiliki
oleh infanteri ISIS sepertinya menitiberatkan pada aspek mobilitas
dan daya kejut karena didalam nya juga diberikan diskresi baik bagi
komandan lapangan maupun anggota tim dan regu untuk melakukan
pergerakan tempur secara insiatif jika keadaan darurat misalnya jika
pasukan sedang ditembaki maka prosedur memperbolehkan ikhwah untuk
langsung balas menembak tanpa melapor kepada komandan.
Pada
bagian berikutnya pembaca akan disuguhkan dengan berbagai macam
aspek-aspek pertempuran. Yang dimaksud dengan aspek pertempuran
antara lain pengamatan visual dan pendengaran di medan peperangan
baik itu sebelum,sedang dalam masa pertempuran, dan pasca
pertempuran. Dari yang tertera di buku panduan ini, dapat diamati
bahwasannya pasukan infanteri ISIS adalah sebuah unit yang ahli di
bidang urban
warfare atau
pertempuran kota. Pada sub-bab masa pra pertempuran, di deskripsikan
secara sederhana elemen apa saja kah yang dapat dimanfaatkan sebagai
keunggulan taktis pada pertempuran antara lain
pepohonan,rerumputan,semak-semak,batuan besar,atap,sisi tepi
jendela,sisi tepi tembok,pepohonan yang dirobohkan,struktur
tinggi,lubang,gundukan tanah, dan parit. Kesemua elemen tersebut pada
umum nya digunakan ISIS untuk berlindung dan sembunyi ketika baku
tembak terjadi, peletakan senjata ataupun unit khusus tertentu
seperti sniper contoh nya, maupun sebagai patokan perkiraan ancaman
musuh. Operasionalisasi dari konsep tersebut dapat kita saksikan di
situs propaganda ISIS yang beredar di telegram maupun sumber
open-source
lain nya.
Pada masa ini juga terdapat materi lain yang perlu dikuasai
oleh infantri ISIS yaitu aturan tempur atau dalam istilah militer
profesional rule
of engagement.
Layaknya kekuatan militer konvensional, ISIS pun memiliki hal-hal
yang patut dinilai dan dipersiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan
respon terhadap pergerakan lawan. Bagi komandan lapangan ISIS, hal
ini dimaksudkan sebagai panduan untuk memposisikan senjata dan
pasukan yang dimiliki. Prinsip-prinsip yang terkandung di dalam
konsep ini antara lain sikap defensif, keselamatan SDM infantri ISIS
harus diutamakan. Untuk hal ini penulis melihat adanya sesuatu yang
kontradiktif antara prinsip ini dan juga martyrdom
yang selalu dilakukan oleh petempur ISIS menggunakan SVBIED (Suicide
Vehicle-Born Improvised Explosive Device), yaitu serangan bom bunuh
diri menggunakan mobil yang diisi dengan bahan peledak improvisasi.
ISIS dapat menggunakan kendaraan tempur tersebut sebagai “rudal
jelajah” non-konvensional untuk menyerang lokasi musuh di kejauhan
(Cancian, 2017;56). Prinsip kedua adalah keharusan balas menembak
jika ditembak dan yang terakhir adalah jika sesuatu mengizinkan maka
seorang ikhwah
yang memiliki inisiatif untuk melakukan pergerakan harus terlebih
dahulu berkoordinasi dengan elemen komando agar lebih efektif.
Berikutnya
adalah persiapan pada masa pertempuran. Pada momen ini, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh infanteri ISIS antara lain,
muzzle
flash
(percikan tembakan), tracer, asap, dan mayat musuh. Muzzle flash
menandakan arah tembakan berasal,tracer adalah peluru berpijar yang
dapat membakar target dan juga memberikan lokasi penembak musuh, asap
juga adalah patokan yang baik untuk dapat mengetahui lokasi musuh,
dan terakhir, mayat musuh dapat memberikan patokan lokasi dan
gambaran arah pergerakan musuh.
Suara juga adalah modal strategis
bagi keberhasilan pertempuran infanteri ISIS. beberapa sumber suara
yang harus diperhatikan adalah suara tank atau kendaraan lapis baja
(T-55,BMP) dan suara wahana udara (UAV,Sukhoi,Mi-17), suara sepatu
bot,gesekan seragam musuh dengan dahan maupun ranting, dan juga suara
dari sesama petempur ISIS. Hal lain yang patut diperhitungkan pula
pada masa ini adalah konsep cover,concealment,
and camouflage
(berlindung,penyembunyian, dan kamuflase) untuk semakin
mengoptimalkan performa bertempur. Cover
seperti yang di deskripsikan dalam buku panduan ini adalah segala
sesuatu nya yang dapat melindungi ikhwah dari observasi maupun
tembakan musuh seperti batu,beton,batang pohon dsb. Concealment
atau penyembunyian adalah segala sesuatu nya yang dapat melindungi
dari observasi musuh seperti rerumputan,lempengan besi tipis, atau
lain nya yang dapat mudah terpenetrasi peluru sedangkan kamuflase
adalah apa saja yang dapat membuat seorang ikhwah dapat berbaur
dengan medan sekitar seperti ghillie
suit
yang pada buku panduan ini berwarna kecoklatan khas padang pasir
ataupun kamuflase buatan.
Prosedur
pertempuran yang terakhir adalah pada masa pasca-pertempuran. Setelah
pertempuran dinyatakan berakhir, maka infanteri ISIS harus
memperhatikan aspek-aspek berikut, antara lain pengecekan sisa-sisa
musuh,musuh yang tidak sadarkan diri,waspada terhadap bom waktu atau
bom dengan kontrol jarak jauh, dan memperhatikan sistem senjata yang
ditinggalkan oleh musuh. Dari hasil pengamatan penulis,
prosedur-prosedur yang tertera sepertinya dimaksudkan untuk proses
evaluasi dari jalan nya pertempuran, apakah masih ada musuh yang
selamat ataupun bagaimana dampak pertempuran tersebut terhadap
kondisi pasukan musuh dilihat dari senjata-senjata yang ditinggalkan.
Jika musuh meninggalkan senjata-senjata berat seperti ZSU-23, senjata
anti-udara yang pada pada medan laga Suriah lebih banyak digunakan
sebagai senjata bantuan darat (www.armyrecognition.com,
diakses 23-05-2019), maka dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi
pasukan musuh sedang tercerai-berai, meninggalkan senjata strategis
semacam ini.
Pada
bagian berikutnya kita akan melihat lebih dalam kepada pemahaman ISIS
mengenai serba-serbi persenjataan dan penguasaan medan (navigasi).
Kedua materi ini ditempatkan pada bagian akhir buku panduan ini.
Seperti yang penulis sempat paparkan di bagian sebelum nya, pelatihan
ISIS yang dimuat di dalam buku panduan ini ialah runut, para calon
petempur terlebih dahulu disuguhkan dengan prinsip-prinsip serta
materi yang fundamental terlebih dahulu sebelum diperkenalkan ke
bagian yang terakhir ini. Pada bagian ini, terdapat materi ilmu
balistik peluru,manajemen amunisi,tipe tembakan,tipe reload, dan
postur tembak.
Postur
tembak yang dipaparkan di dalam buku panduan ini kurang lebih
memiliki bentuk yang sama dengan yang diajarkan di US Army,US Marine
maupun angkatan bersenjata dan praktisi sipil di negara-negara lain,
hanya saja dalam hal ini US Armed Forces dan praktisi sipil Amerika
Serikat yang memiliki banyak publikasi. Pada bagian ini ISIS
menggunakan ilustrasi sebagai sarana untuk memberikan materi pada
bagian ini tanpa adanya keterangan judul ataupun hal mendetail di
tiap posisi akan tetapi dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis
dapat dijabarkan bahwasannya postur-postur tembak yang diajarkan
antara lain adalah offhand,kneeling
dan prone
beserta
berbagai macam modifikasi nya. Postur tembak offhand
adalah postur menembak dengan posisi berdiri, teknik semacam ini
memiliki kelemahan yaitu akurasi yang buruk karena tidak ada anggota
tubuh yang memiliki tumpuan kecuali kaki. Kneeling/berlutut adalah
postur menembak yang dinilai lebih ideal karena bagian siku dapat
bertumpu pada lutut dan karenanya dapat memberikan akurasi lebih.
Prone/tiarap adalah postur menembak yang paling ideal karena hampir
seluruh area badan memiliki kontak dengan tanah dan hal tersebut akan
memberikan postur tembak dengan akurasi yang terbaik hanya saja
postur ini tidak dapat dilakukan di semua medan (www.lockedback.com,
diakses 26-05-2019).
Usai
mengulas postur tembak yang diadopsi oleh ISIS, sekarang saat nya
kita beralih kepada pemahaman ISIS mengenai manajemen amunisi,tipe
tembakan,tipe reload, dan jenis-jenis persenjataan yang digunakan dan
dipahami oleh ISIS. Pertama akan kita bahas mengenai tipe tembakan
terlebih dahulu. Infantri ISIS dibekali pemahaman mengenai panduan
penembakan yang taktis. Hal ini sepertinya ditujukan untuk
optimalisasi tiap tembakan yang akan dilakukan. ISIS menggunakan
beberapa tipe penembakan antara lain point
fire,flanking
efilade,frontal,oblique, dan frontal efilade. Point fire adalah
tipe tembakan yang paling dasar, secara sederhana adalah penembakan
langsung terhadap target yang telah dibidik. Umumnya tipe tembakan
ini ditujukan untuk melakukan penyergapan ataupun tembakan presisi.
Efilade
adalah sebuah konsep di dalam taktik militer. Posisi efilade
terjadi ketika tembakan dari senjata dapat diarahkan sepanjang sumbu
terpanjang suatu target (US Marine Corps, 2007;10) atau sederhana nya
adalah menyerang dari sumbu memanjang nya target. Tipe tembakan ini
dilakukan terhadap formasi musuh yang bergerombol dan rapat, seperti
yang ditunjukkan oleh ilustrasi di dalam buku panduan ini. Flanking
efilade
adalah tembakan dari senjata yang diarahkan ke sumbu terpanjang
target yang menuju ke arah samping formasi musuh, penembak hanya
memerlukan sedikit koreksi penembakan untuk dapat mengenai banyak
target sedangkan frontal
efilade
adalah kebalikan nya, tipe tembakan ini menuju ke arah depan formasi
musuh yang bergerombol. Terakhir adalah tipe tembakan frontal
yaitu tembakan dari arah depan dan oblique,
tembakan dari arah samping menuju target.
Usai
membahas mengenai serba-serbi teknik penembakan, bagian berikut nya
yang akan dibahas adalah jenis-jenis persenjataan. Dari yang
ditampilkan, ISIS memiliki pengetahuan yang luas perihal tipe-tipe
persenjataan mulai dari pistol,SMG (Sub-Machine Gun),PDW (Personal
Defence Weapon), Rifle (Assault Rifle,Sniper Rifle) hingga
persenjataan kelas berat semacam RPG,peluncur granat,granat dari
berbagai jenis senjata mesin, dan meriam anti serangan udara KPV
maupun ZSU,rudal anti-tank hingga rudal panggul anti udara . Dari
sekumpulan senjata yang dipaparkan, kebanyakan berasal dari
senjata-senjata Rusia maupun eks-blok timur yang memang sirkulasi dan
stok nya di pasar gelap seluruh dunia sangatlah besar. Tapi yang
patut untuk diamati lebih lanjut ISIS rupanya juga menggunakan
senjata-senjata buatan barat mulai dari yang ringan seperti rifle
hingga kelas berat seperti peluncur granat. Di dalam beberapa media
propaganda baik itu foto maupun video tentara ISIS selalu terlihat
menggunakan M-16, sebuah keputusan yang tidak umum dilakukan oleh
sebuah kelompok bersenjata. Selain pengetahuan mengenai persenjataan,
pasukan ISIS juga memberikan materi mengenai navigasi dasar
diantaranya adalah penggunaan kompas navigasi,jam, dan peta
topografi. Pada materi penggunaan kompas navigasi hal-hal yang
diajarkan adalah pengetahuan pada umum nya seperti arah mata angin.
Pada materi jam ISIS memberikan pengetahuan tingkat lanjut terhadap
pasukan nya seperti pembacaan waktu 4 digit dan penting nya ketepatan
waktu untuk koordinasi pergerakan antar pasukan. Terakhir adalah
materi peta topografi yang mengajarkan tentang bagaimana cara untuk
membaca peta berdasarkan bentuk penggambaran satelit terhadap bumi
termasuk teknik pembacaan topografi standar NATO.
ISIS
memiliki TTP yang berasal dari berbagai macam sumber baik dari
masukan dari para veteran perang Chechnya,Afghan-Soviet, dan perang
pasca 11 September. Standar NATO/AS pun juga turut menjadi salah satu
acuan bagi TTP ISIS, hal ini dapat terlihat dari beberapa materi yang
dipaparkan di dalam buku panduan ini. Dengan kemudahan yang diberikan
dari revolusi IT, ISIS pun dapat dengan mudah mendapatkan materi
militer ini melalui OSINT (Open-Source Intelligence). Proliferasi
teknologi informasi memudahkan para aktor non-negara untuk memperkuat
posisi nya di dalam pertarungan peta geopolitik. ISIS dalam hal ini
dapat memanfaatkan secara baik revolusi IT di masa kini. Persebaran
buku panduan tempur ini adalah salah satu contoh nya. Buku panduan
pelatihan ISIS ini cocok untuk dijadikan referensi bagi pemerintah
dan kalangan akademisi sebagai bahan pertimbangan dalam membentuk
kebijakan terkait penanggulangan ancaman terorisme di Indonesia.
Referensi
Cancian, Matthew F (2017).
Tactics,Techniques, and Procedures of The Islamic State: Lessons for
U.S Forces. Military Review March-April 2017
Istilah Militer n.d, diakses 16 Mei 2019.
Soviet-made ZSU-23-4 Shilka antiaircraft guns used by Syrian troops against ground threats TASS 2016, diakses 23 Mei 2019.
Learn to Shoot Standing,Kneeling &Prone From the US Army n.d.
US Marine Corps (2007).Marine Rifle Squad. Cosimo
Image: Source
Istilah Militer n.d, diakses 16 Mei 2019.
Soviet-made ZSU-23-4 Shilka antiaircraft guns used by Syrian troops against ground threats TASS 2016, diakses 23 Mei 2019.
Learn to Shoot Standing,Kneeling &Prone From the US Army n.d.
US Marine Corps (2007).Marine Rifle Squad. Cosimo
Image: Source
Post a Comment